Kimia organik fisik pada
hakekatnya mengkaji aspek fisik dari suatu senyawa organik. Dengan mengetahui
secara baik aspek fisik suatu molekul organik maka dapat dirancang suatu
sintesa molekul target tertentu dengan pendekatan diskoneksi terutama
mensintesis suatu senyawa yang bermanfaat khususnya untuk obat-obatan yang
secara alami kadarnya sangat rendah dalam makhluk hidup. Dalam perancangan
suatu sintetik mutlak memahami reaktivitas starting material, jenis dan
mekanisme reaksinya serta kemungkinan reksi samping yang terjadi dan bagaimana
agar suatu reaksi bersifat kemoselektif. Dalam Kimia Organik Fisik ada beberapa konsep,
diantaranya :
1.
Elektronegativitas
Elektronegativitas adalah sifat yang menggambarkan
kecenderungan atom untuk menarik elektron (atau kerapatan elektron).
Elektronegativitas atom dipengaruhi oleh jumlah atom dan ukuran atom. Semakin
tinggi elektronegativitas, unsur semakin menarik elektron. Kebalikan dari
elektronegativitas adalah elektropositivitas, yang merupakan ukuran kemampuan
unsur untuk menyumbangkan elektron.
Elektronegativitas tidak langsung diukur, tetapi malah
dihitung berdasarkan pengukuran eksperimental sifat atom atau molekul lainnya.
Beberapa metode perhitungan telah diusulkan, dan meskipun mungkin ada perbedaan
kecil dalam nilai numerik dari nilai-nilai elektronegativitas yang dihitung,
semua metode menunjukkan tren periodik yang sama di antara unsur-unsur.
2. Polarizabilitas
Polarizabilitas adalah pergerakan
elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul Polarisabilitas
ini berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Pada
umumnya, makin banyak jumlah elektron, makin mudah mengalami polarisasi. Karena
jumlah elektron berkaitan dengan Mr, maka semakin besar Mr, semakin kuat gaya
London. Gaya dispersi London ini termasuk gaya yang relatif lemah, karena
interaksi yang terjadi adalah antar molekul nonpolar. Contoh molekul yang
mengalami gaya london diantaranya: gas hidrogen, gas nitrogen, metana dan
gas-gas mulia.
3. Ikatan Hidrogen
Sebuah ikatan hidrogen adalah ikatan
yang relatif lemah sehingga atom hidrogen dibuat dengan atom elektronegatif
nitrogen, oksigen atau fluor. Ikatan hidrogen lebih lemah daripada ikatan
ionik, kovalen, dan logam, tapi masih agak kuat dengan dapat berdiri sendiri,
dengan energi biasanya antara 5 sampai 30 kJ / mol. Sebaliknya, ikatan kovalen
yang lemah memiliki energi sekitar 155 kJ / mol.
Ikatan hidrogen dapat merupakan ikatan
intermolekuler (antara molekul) atau intramolekul (antara bagian yang berbeda
dari molekul). Jenis ikatan dapat terjadi pada baik molekul organik, seperti
DNA, dan molekul anorganik, seperti air. Ikatan hidrogen yang ikut bertanggung
jawab atas struktur sekunder dan tersier protein kompleks.
4. Gaya Van Der Waals
Gaya van der Waals dalam ilmu
kimia merujuk pada salah satu jenis gaya antara molekul. Istilah ini pada
awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan hingga saat ini masih
digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada
gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Hal
ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau
bebas (gaya Debye) serta pergeseran distribusi awan elektron.Nama gaya ini
diambil dari nama kimiawan Belanda Johannes van der Waals, yang pertama kali
mencatat jenis gaya ini. Potensial Lennard-Jones sering digunakan sebagai model
hampiran untuk gaya van der Waals sebagai fungsi dari waktu.
Gaya
Van der Waals dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gaya disperse dan gaya
dipol-dipol. Molekul dapat menarik satu sama lain pada jarak sedang dan saling
tolak pada jarak dekat. Gaya yang menarik secara kolektif disebut “van der
Waals”.
5. Gugus Fungsi
Gugus fungsi mengacu pada atom
tertentu yang terikat dalam susunan tertentu yang memberikan sifat fisik dan
kimia tertentu senyawa. Gugus fungsi adalah Sekelompok atom yang bertanggung
jawab untuk reaksi karakteristik senyawa.
Sebagai
contoh, gugus hidroksil adalah kelompok fungsional alkohol. Dalam asam amino,
dua gugus fungsional – gugus amino dan gugus karboksil – yang melekat pada atom
karbonyang sama.
Dalam
kimia organik, gugus fungsi adalah kelompok tertentu atom atau ikatan dalam
senyawa yang bertanggung jawab untuk karakteristik reaksi kimia senyawa itu.
Gugus fungsi yang sama akan berperilaku dengan cara yang sama (misalnya,
mengalami reaksi yang sama) terlepas dari senyawa yang menjadi bagiannya. Gugus
fungsi juga memainkan peranan penting dalam nomenklatur senyawa organik;
menggabungkan nama-nama kelompok fungsional dengan nama-nama alkana induk
menyediakan cara untuk membedakan senyawa.
Atom-atom
dari gugus fungsional yang dihubungkan bersama dan dengan senyawa lainnya
dengan ikatan kovalen. Atom karbon yang pertama melekat pada gugus fungsional
yang disebut sebagai karbon alpha; kedua, karbon beta; ketiga, karbon gamma, dll.
Demikian pula, gugus fungsi dapat disebut sebagai primer, sekunder, atau
tersier tergantung pada apakah itu melekat pada satu, dua, atau tiga atom
karbon.
SUMBER REFERENSI :
terimakasih atas materinya, sangat bermanfaat. saya mau tanya apa hubungan antara polarizabilitas dengan keelektronegatifan suatu senyawa? terimakasih
ReplyDeleteterimakasih sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteTerimakasih, materinya sangat bermanfaat:)
ReplyDeleteTerima kasih atas pemaparannya, dapat dijadikan referensi belajar
ReplyDeleteTerima kasih atas ulasan materinya. Saya ingin bertanya, apakah ada hubungan antara keelektronegativitas dengan ikatan hidrogen? mohon penjelasannya. Terima kasih:)
ReplyDeleteterima kasih atas penjelasannya
ReplyDelete